APBN 2011 YANG MODERAT
Anggaran
Belanja Negara 2011 disusun ditengah optimisme ekonomi dunia yang mulai
pulih. Pada pertengahan tahun 2009 yang lalu, perekonomian dunia telah
memberikan gambaran positif, dengan terjadinya pembalikan arah dari
krisis global, dan masih terus berlanjut hingga triwulan I tahun 2010.
Sejalan dengan itu, menurut Bank dunia dalam World Economic Outlook,
bulan Juli 2010, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 yang sempat
mengalami kontraksi hingga 0,6 persen, pada tahun 2010 diperkirakan akan
kembali menguat menjadi 4,6 persen. Penguatan laju pertumbuhan ekonomi
global tersebut terutama dimotori oleh pulihnya kondisi perekonomian
negara-negara berkembang.
Ekonomi
China, sebagai motor penggerak proses pemulihan dari krisis,
diperkirakan tumbuh mencapai 10,5 persen, sementara perekonomian
Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh cukup kuat. Sejalan dengan
perkembangan positif ekonomi global, kinerja perekonomian domestik juga
terus menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan.
Stabilitas
ekonomi Indonesia relatif terjaga dengan kecenderungan semakin menguat.
Selama Januari-Juli tahun 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat menguat 16,2 persen ke level Rp9.172/USD.
Selanjutnya, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat hingga akhir tahun diperkirakan tetap stabil, sehingga secara
rata-rata di sepanjang tahun 2010 akan berada pada kisaran Rp9.200/USD.
Penguatan
rupiah membawa dampak positif kepada pengendalian inflasi. Laju inflasi
sepanjang Januari-Juli tahun 2010 masih relatif terkendali pada tingkat
6,22 persen (y-o-y) atau 4,02 persen (y-t-d). Tekanan inflasi
diperkirakan akan terjadi pada semester II tahun 2010 seiring dengan
kenaikan TDL, tahun ajaran baru, serta hari raya keagamaan (puasa,
lebaran, natal dan tahun baru). Namun, dengan koordinasi antara
Pemerintah dan Bank Indonesia yang semakin baik, laju inflasi sampai
akhir tahun 2010 diharapkan masih dalam sasaran.
Sejalan
dengan terjaganya laju inflasi, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan juga
cenderung terus menurun. Sepanjang Januari-Juli tahun 2010, rata-rata
suku bunga SBI 3 bulan berada pada tingkat 6,58 persen, atau jauh lebih
rendah bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama
tahun sebelumnya yang sebesar 8,29 persen.
Di
sisi eksternal, kinerja ekspor dan impor dalam kuartal I tahun 2010
mengalami peningkatan cukup signifikan dari periode yang sama tahun
sebelumnya, masing-masing sebesar 41,8 persen dan 52,4 persen. Hal ini
terutama didukung oleh penguatan kinerja sektor komoditas manufaktur,
seperti industri tekstil, pakaian, alat angkut, dan kimia yang semakin
membaik, sejalan dengan pulihnya kondisi ekonomi global. Sejalan dengan
penguatan kinerja ekspor-impor tersebut, neraca pembayaran pada semester
I tahun 2010 diperkirakan mengalami surplus sebesar USD10,9 miliar, dan
cadangan devisa menguat hingga mencapai posisi USD78,8 miliar di akhir
Juli 2010.
Seiring
dengan makin kuatnya fundamental ekonomi domestik, yang didukung oleh
membaiknya faktor eksternal, maka pertumbuhan ekonomi dalam semester I
tahun 2010 mencapai 5,9 persen, atau lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2009 yang sebesar 4,3
persen.
Berdasarkan
kondisi perekonomian dunia maupun domestik selama semester I 2010,
Pemerintah kemudian menetapkan asumsi ekonomi Makro sebagai dasar
perhitungan Rancangan anggaran biaya negara 2011.
Tabel -1
Asumsi Ekonomi Makro, 2008 - 2011
Sumber pembiayaan dalam negri diutamakan
Menurut
berbagai kalangan asumsi tersebut cukup realistis walaupun banyak pihak
yang mengharapkan Pemerintah lebih optimis dengan menetapkan asumsi
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Misalnya dengan asumsi inflasi
sebesar 5,3% seperti pada APBN 2010, Pemerintah seharusnya berani
menurunkan SBI menjadi 6% untuk mendorong suku bunga kredit yang lebih
rendah sehingga dunia usaha lebih bergairah
Salah
satu yang juga diharapkan oleh pengusaha untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi adalah dengan menetapkan defisit anggaran yang
lebih tinggi. Menurut APBN 2011 defisit anggaran mencapai Rp. 115,6
trilyun atau sekitar 1.7% dari GDP.
Sebelumnya,
Partai Golkar mengusulkan untuk menaikkan defisit anggaran 2011 dari
1,7 persen menjadi 2,1 persen dan menurut GOLKAR pemerintah tidak perlu
khawatir akan naiknya defisit APBN 2011, karena saat ini defisit
Indonesia relatif rendah dan yang terpenting adalah terjaminnya
kesejahteraan rakyat.
Menurut
Partai Golkar dalam RAPBN 2011 ini, dana untuk pembangunan
infrastruktur hanya dipatok sebesar Rp. 63, 6 triliun, penanggulangan
kemiskinan sekitar Rp.49,3 triliun, dan transfer ke daerah hanya sebesar
Rp 378,4 triliun. Dengan penambahan defisit menjadi 2,1 persen itu
akan ada tambahan anggaran dalam APBN 2011 sebesar Rp 32 triliun. Dana
itu bisa digunakan untuk menutup kekurangan anggaran di beberapa sektor
tersebut. Untuk itu, usulan defisit anggaran sebesar 2,1 persen kalau
disetujui, masih jauh lebih rendah dibanding angka defisit anggaran di
negara tetangga, seperti Cina 2,8 persen, Thailand 3,8 persen, Malaysia
5,4 persen.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dengan tegas menolak untuk menaikkan defisit
APBN 2011 dari 1,7 persen menjadi 2,1 persen yang dinilai tidak ada
urgensinya, dan menyerukan penghematan anggaran kepada seluruh elemen
pemerintah dimulai pada tahun 2011.
SBY
mengatakan jika pemerintah menaikkan defisit sebesar 0,4 persen maka
sama dengan menambah pinjaman atau utang negara sebesar Rp 28 triliun.
SBY menginginkan penghentian belanja-belanja negara yang tidak
diperlukan, untuk itu dia akan mengeluarkan Inpres dan Perpres untuk
penghematan konkret di tahun 2011.
Tabel - 2
Ringkasan APBN, 2008 - 2010
Subsidi energi menjadi ganjalan
Salah
satu yang mengganjal dalam APBN 2011 adalah masalah subsidi. Terutama
subsidi energi yaitu untuk sumbsidi BBM dan subsidi listrik. Pada saat
RAPBAN 2011 diajukan Pemerintah merencanakan kenaikan TDL pada Januari
2011 agar subsidi Listrik menurun.
Namun
kemudian dalam pembahasan dengan DPR akhirnya Pemerintah menyepakati
untuk tidak menaikan TDL tahun 2011. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya
kenaikan subsidi listrik, namun dalam kesepakatan dengan DPR besarnya
subsidi listrik ditetapkan sama dengan RAPBN 2011 yaitu sebesar RP. 41
trilyun.
Hanya
saja, pemerintah mengajukan penangguhan (carry over) subsidi listrik
2009 sebesar Rp4,6 triliun tidak diberikan pada 2011 untuk mencapai
kesepakatan tersebut. Sesuai dengan Nota Keuangan RAPBN 2011 ditetapkan
alokasi subsidi listrik tahun depan sebesar Rp41,02 triliun, dengan
asumsi subsidi listrik berjalan 2011 Rp36,4 triliun, hutang subsidi
listrik 2009 Rp4,6 triliun, dan kenaikan TDL per 1 Januari 2011 sebesar
15%.
Namun,
dengan tidak adanya kenaikan TDL pada tahun 2011 maka Pemerintah
memilih untuk menangguhkan utang subsidi 2009 sebesar Rp4,6 triliun.
Jadi tidak ada kenaikan TDL dan tidak ada penambahan besaran subsidi
listrik tahun berjalan 2011.
Secara
keseluruhan dalam 4 tahun terakhir Pemerintah telah menurunkan anggaran
untuk subsidi. Pada tahun total subsidi mencapai Rp. 275 trilyun,
kemudian turun menjadi Rp. 158 trilyun tahun 2009. Hal ini dilakukan
untuk mencegah defisit anggaran yang berlebihan karena menurunnya
pendapatandalam negeri sebagai dampak krisis finansial global. Pada
tahun 2010 subsidi meningkat kembali karena besarnya subsidi energi
akibat meningkatnya kembali harga minyak dunia menyusul perbaikan
ekpnomi yang berlangsung dinegara maju.
Pada
tahun 2011 subsidi kembali diturunkan walaupun subsidi untuk BBM masih
meningkat sejalan dengan meningkatnya harga minyak dunia sementara harga
dalam negeri belum bisa dinaikkan, akibat tentangan yang keras
dimasyarakat.
Tabel - 3
Perkembangan Subsidi dalam APBN 2008 - 2011
Sumber pembiayaan dalam negeri lebih diandalkan
Untuk
menutupi defisit anggaran Pemerintah merencanakan mencari sumber
pembiayaan dalam negeri. Pemerintah SBY selama ini telah bertekad untuk
mengurangi hutang luar negeri. Sumber pembiayaan luar negeri diutamakan
berupa hibah atau pemutihan utang . Menurut Menko Perekonomian Hatta
Rajasa, apabila memang terpaksa untuk menarik pinjaman luar negeri,
Pemerintah ingin pinjaman yang biayanya rendah sehingga tidak makin
memberatkan di kemudian hari. Seperti rencana penerbitan surat utang
Samurai Bond, yang dijamin Pemerintah Jepang. Dengan peningkatan rating
Indonesia yang telah mencapai investment grade, maka beban akan makin
menurun.
Sumber
pembiayaan dalam negeri untuk menutup defisit anggaran pada tahun 2011
diantaranya dengan menerbitkan Obligasi dan rencana privatisasi 10 BUMN
terutama BUMN di sektor Perkebunan. Saat ini diharapkan merupakan saat
yang tepat untuk menerbitkan Obligasi maupun privatisasi BUMN. Sebagai
negara yang mampu terus tumbuh dalam keadaan krisis global, Indonesia
kemudian menjadi tujuan investasi yang menarik. Hal ini mendorong
dinaikannya rating Indonesia sehingga risiko investasi di indonesia
dianggap lebih rendah dan pada gilirannya menyebabkan makin rendah biaya
investasi. Demikian juga BUMN Perkebunan yang kinerjanya membaik
sejalan dengan naiknya harga komoditi perkebunan diharapkan akan bisa
mendapatkan harga penawaran perdana yang tinggi ketika melakukan IPO.
Sampai
saat ini pembiayaan dari dalam negeri masih cukup tinggi biayaanya
karena besarnya suku bunga yang harus ditanggung. SBI yang sebesar 6,5%
adalah yang terendah selama sepuluh tahun terakhir, namun dibandingkan
dengan negara lain SBI masih jauh lebih tinggi.
Demikian
juga biaya untuk menerbitkan surat berharga Pemerintah seperti
Obiligasi dan Surat utang negara lainnya, dibanding negara lain
Indonesia masih dibebani suku bunga yang tinggi.
Tabel - 4
Pembiayaan Anggaran, 2008 - 2011
Pajak Sumber pendapatan utama
Pajak
semakin menjadi sumber penerimaan negara semenjak penerimaan negara
dari minyak dan gas menyusut tajam. Demikian juga penerimaan negara
bukan pajak lainnya belum mampu menggantikan penerimaan dari sektor
migas.
Tabel - 5
Pendapatan Negara, 2008 - 2011
Kesimpulan
Setelah
mengalami krisis finansial global selama tahun 2008-2009, maka kondisi
ekonomi tahun 2010 telah membaik dan diperkirakan perekonomian dunia
akan terus pulih tahun 2011. Menyongsong tahun 2011 ini , Pemerintah
cukup optimis untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
yaitu 6,3% dibanding tahun 2010.
Walaupun
demikian Pemerintah cenderung berhati-hati dan memilih pertumbuhan yang
moderat untuk perekonomian Indonesia pada tahun 2011. Padahal negara
tetangga yang cukup berat dihantam krisis finansial pada tahun 2009,
kini telah berancang-ancang meningkatkan kembali pertumbuhan ekonominya
setelah berhasil memperbaiki perekonomian yang terpukul sebelumnya,
seperti Singapura, Thailand, dan Filipina. Kini negara tersebut
mencanangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari indonesia pada
tahun 2011.
Kehati-hatian
Pemerintah ditunjukkan dengan membatasi defisit anggaran, tetap
mempertahankan suku bunga SBI sebesar 6,5% dan membatasi sumber
pembiayaan dengan mengutamakan pembiayaan dari dalam negeri.
Kehati-hatian
ini memang masuk akal karena trauma dampak dari krisis moneter tahun
1999 yang belum sepenuhnya hilang. Namun hal ini juga menyebabkan
kehilangan peluang tumbuh bagi Indonesia yang seharusnya bisa start
lebih dulu dibandingkan negara tetangga untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi ketika ekpnomi dunia telah mulai pulih.
Beberapa
hambatan yang dihadapi Indonesia untuk bisa lebih melonggarkan
perekonomian adalah biaya uang yang cukup tinggi. Sampai saat ini bunga
pinjaman bank di dalam negeri masih sangat tinggi dibanding negara
tetangga lainnya. SBI yang mencapai 6,5% juga termasuk tinggi
dibandingkan suku bunga yang ditetapkan bank sentral negara lain.
Demikian juga obligasi Pemerintah dipatok dengan yield yang lebih tinggi
dari negara lain bahkan dengan negara seperti Filipina yang ekonominya
terkena dampak cukup parah ketika terjadi krisis finansial global. Namun
Filipina berhasil menerbitkan obligasi dengan yield yang lebih rendah
dibanding Indonesia.
Dengan
kondisi tersebut sebenarnya terdapat celah yang cukup besar untuk
mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih pesat. Kehati-hatian yang
dtunjukkan oleh Pemerintah sudah cukup baik untuk menstabilkan ekonomi
namun masih belum memadai untuk bisa tumbuh dan bersaing dengan negara
lain.
Ini isi pidato presiden SUSILO BAMBANG YUDHOYONO tentang APBN 2011
Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2011,
telah kita susun dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi terkini,
baik domestik maupun internasional. RAPBN juga disusun dengan sasaran
jangka menengah yang ingin kita capai, sebagaimana tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
Sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, RAPBN 2011 disusun dengan berpedoman pada Kerangka Ekonomi
Makro, Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Tahun 2011. RAPBN 2011 juga disusun dengan memperhatikan saran dan
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) serta
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI), yang
disampaikan dalam Forum Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran
2011 beberapa waktu yang lalu.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Sebagaimana kita ketahui bersama, sejak pertengahan tahun 2009 lalu, perekonomian global sesungguhnya memperlihatkan perkembangan yang positif. Keadaan yang makin baik ini berlanjut hingga semester I tahun 2010.
Sebagaimana kita ketahui bersama, sejak pertengahan tahun 2009 lalu, perekonomian global sesungguhnya memperlihatkan perkembangan yang positif. Keadaan yang makin baik ini berlanjut hingga semester I tahun 2010.
Namun,
di tengah membaiknya kondisi perekonomian global, dunia dicemaskan oleh
krisis utang dan keuangan Yunani yang dampaknya meluas menjadi
penurunan kepercayaan pasar terhadap stabilitas keuangan di kawasan Uni
Eropa. Sementara itu, sejumlah indikator mengisyaratkan bahwa
kebangkitan kembali ekonomi Amerika Serikat ternyata lebih lambat
daripada yang diperkirakan semula. Alhamdulillah , di kawasan Asia kebangkitan ekonomi masih terus bergulir.
Ditengah
pemulihan perekonomian global, yang masih dibayang-bayangi
ketidakpastian itu, perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan.
Beberapa indikator ekonomi utama, seperti neraca pembayaran, nilai
tukar, tingkat inflasi, dan kinerja pasar modal, menunjukkan
perkembangan yang membesarkan hati. Posisi neraca pembayaran, baik
transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial, mengalami
perbaikan sehingga pada akhir Juli 2010 cadangan devisa kita mencapai
lebih dari US$78 miliar, atau setara dengan 6 bulan impor.
Nilai
tukar rupiah stabil dan bahkan akhir-akhir ini mengalami penguatan.
Perkembangan nilai tukar rupiah didukung oleh kecenderungan melemahnya
mata uang dolar Amerika Serikat secara global. Namun kestabilan nilai
tukar rupiah ini terutama dikarenakan, semakin kuatnya kepercayaan para
pelaku pasar terhadap kinerja perekonomian kita, dan pengelolaan ekonomi
makro yang kita laksanakan. Seiring dengan itu, penilaian berbagai
lembaga pemeringkat internasional terus membaik, dari persepsi stabil
menjadi positif dan sekarang berada pada satu level di bawah peringkat
investasi. Dengan perkembangan itu, nilai tukar rupiah akan tetap
mantap, dan rata-rata sepanjang tahun 2010 diperkirakan berada pada
kisaran Rp 9.000 – Rp 9.200 per dolar Amerika Serikat.
Sejalan
dengan terpeliharanya kestabilan nilai tukar rupiah, laju inflasi
selama tahun 2009 secara berangsur-angsur terus menurun. Laju inflasi
tahunan yang pada akhir tahun 2008 mencapai sekitar 11,1 persen, menurun
menjadi 2,8 persen pada akhir tahun 2009. Angka ini di bawah sasaran
yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4,5 persen. Menurunnya laju inflasi
sepanjang tahun 2009, terutama dipengaruhi oleh rendahnya laju inflasi
pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya ditetapkan
pemerintah.
Pada
tahun 2010 ini, laju inflasi diperkirakan cenderung meningkat sejalan
dengan perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan
harga-harga komoditas global, dan inflasi mitra dagang utama Indonesia.
Perubahan iklim yang ekstrim juga telah berdampak pada menurunnya
produksi pangan dunia. Penurunan produksi seperti gandum, gula dan
jagung di tingkat global, berakibat pada meningkatnya harga pangan dunia
dan mendorong terjadinya inflasi.
Perkembangan
inflasi di dalam negeri tentu harus kita waspadai, terutama jika itu
berasal dari kenaikan harga bahan-bahan pokok. Untuk itu Pemerintah
terus melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengantisipasi
perkembangan itu dengan melakukan operasi pasar, menjaga kecukupan
pasokan dan ketersediaan barang, mengamankan stok di daerah, menjaga
kelancaran distribusi barang, mengembangkan sistem logistik nasional,
dan mengintensifkan penyuluhan pertanian agar petani lebih siap dalam
menghadapi dampak perubahan iklim.
Saudara-saudara,
Menurunnya tekanan inflasi sepanjang tahun 2009, telah direspon dengan penurunan BI rate sejak Januari 2009. Perkembangan itu mendorong suku bunga SBI 3 bulan rata-rata dalam tahun 2009, mencapai sekitar 7,6 persen. Ini lebih rendah dari rata-rata suku bunga SBI 3 bulan tahun sebelumnya, tahun 2008, yang mencapai sekitar 9,3 persen. Kondisi moneter yang stabil diperkirakan akan terus dapat dipelihara dalam tahun 2010 dan selanjutnya.
Menurunnya tekanan inflasi sepanjang tahun 2009, telah direspon dengan penurunan BI rate sejak Januari 2009. Perkembangan itu mendorong suku bunga SBI 3 bulan rata-rata dalam tahun 2009, mencapai sekitar 7,6 persen. Ini lebih rendah dari rata-rata suku bunga SBI 3 bulan tahun sebelumnya, tahun 2008, yang mencapai sekitar 9,3 persen. Kondisi moneter yang stabil diperkirakan akan terus dapat dipelihara dalam tahun 2010 dan selanjutnya.
Stabilitas
ekonomi makro dan kepercayaan pasar, merupakan prasyarat untuk
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkesinambungan. Dalam tahun 2009, ketika sebagian besar negara di
dunia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, laju pertumbuhan PDB kita
mencapai 4,5 persen. Ini menempatkan negara kita menjadi salah satu
dari tiga negara yang memiliki kinerja ekonomi terbaik dalam tahun itu,
di samping Tiongkok dan India. Sungguh ini sebuah prestasi yang patut
kita syukuri. Selama paruh pertama tahun 2010, pertumbuhan PDB kita
mengalami percepatan. Pada triwulan I tumbuh sekitar 5,7 persen, dan
pada triwulan II tumbuh sekitar 6,2 persen.
Pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi ini, didukung oleh meningkatnya ekspor kita,
pulihnya investasi, serta terjaganya tingkat konsumsi masyarakat.
Dengan arah perkembangan yang positif, kita optimis pertumbuhan ekonomi
negara kita dalam tahun 2010 ini, diperkirakan dapat mencapai 6,0
persen, lebih tinggi dari perkiraan semula, sebesar 5,8 persen.
Berdasarkan
perkembangan ekonomi global dan perekonomian domestik, kerangka ekonomi
makro dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2011 mengambil dasar
perhitungan berbagai besaran dalam RAPBN tahun 2011 sebagai berikut:
pertumbuhan ekonomi 6,3 persen; laju inflasi 5,3 persen; suku bunga SBI 3
bulan 6,5 persen; nilai tukar Rp9.300 per dolar Amerika Serikat; harga
minyak US$80,0 per barel, dan lifting minyak sebesar 970 ribu barel per
hari.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Di tengah pemulihan ekonomi global yang masih dibayang-bayangi oleh sejumlah ketidakpastian, Pemerintah bertekad untuk mewujudkan pengelolaan APBN dan APBD yang sehat, efektif dan berkelanjutan. APBN yang sehat harus dapat menjadi jangkar kestabilan ekonomi. Tiga indikator penting untuk ini adalah: tingkat defisit yang terkendali, rasio utang terhadap PDB yang makin menurun, dan keseimbangan primer yang positif. APBN yang kita susun harus juga dapat mengoptimalkan peran kebijakan fiskal, agar benar-benar secara efektif mendorong pertumbuhan ekonomi dan sekaligus memantapkan pemerataan.
Di tengah pemulihan ekonomi global yang masih dibayang-bayangi oleh sejumlah ketidakpastian, Pemerintah bertekad untuk mewujudkan pengelolaan APBN dan APBD yang sehat, efektif dan berkelanjutan. APBN yang sehat harus dapat menjadi jangkar kestabilan ekonomi. Tiga indikator penting untuk ini adalah: tingkat defisit yang terkendali, rasio utang terhadap PDB yang makin menurun, dan keseimbangan primer yang positif. APBN yang kita susun harus juga dapat mengoptimalkan peran kebijakan fiskal, agar benar-benar secara efektif mendorong pertumbuhan ekonomi dan sekaligus memantapkan pemerataan.
APBN kita memang masih akan mengalami defisit .
Keputusan melaksanakan APBN yang defisit ini diambil, karena kita
masih menganggap perlu memberikan stimulus fiskal untuk menjaga
ketahanan ekonomi nasional kita. Stimulus fiskal ini kita perlukan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Stimulus fiskal juga
sangat penting untuk memperluas lapangan kerja produktif, sebagaimana
pada saat krisis yang terjadi pada tahun 2009. Defisit atau surplus
APBN adalah bagian dari kebijakan fiskal menghadapi situasi yang timbul
pada waktu itu. Namun prinsip dasar pengelolaan APBN yang sehat tetap
kita pegang teguh, yaitu dalam jangka menengah, APBN harus kurang lebih
seimbang. Pengalaman negara-negara Eropa akhir-akhir ini mengingatkan
kita semua untuk tidak melupakan prinsip dasar ini.
Dengan memperhatikan rambu-rambu yang saya kemukakan tadi, sebagai instrumen utama kebijakan fiskal, RAPBN 2011 kita arahkan untuk mencapai 10 (sepuluh) sasaran strategis , guna mendorong pembangunan yang inklusif dan berkeadilan selama jangka waktu 5 tahun ke depan.
Kesepuluh
sasaran strategis itu adalah; (1) ekonomi nasional tumbuh makin tinggi;
(2) pengangguran makin menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang
lebih baik; (3) kemiskinan makin menurun; (4) pendapatan perkapita
makin meningkat; (5) stabilitas ekonomi makin terjaga; (6) pembiayaan
dalam negeri makin kuat dan meningkat; (7) ketahanan pangan dan air
makin meningkat; (8) ketahanan energi makin meningkat; (9) daya saing
ekonomi nasional makin menguat dan meningkat; dan (10) upaya pembangunan
yang ramah lingkungan dengan pendekatan “ramah lingkungan” makin kita
perkuat.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Berdasarkan rambu-rambu, arah kebijakan, dan sasaran-sasaran strategis sebagaimana saya kemukakan tadi, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan yang terhormat, telah sepakat untuk menetapkan tema pembangunan nasional pada RKP Tahun 2011, yaitu: “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan, Didukung oleh Pemantapan Tatakelola dan Sinergi Pusat Daerah”.
Berdasarkan rambu-rambu, arah kebijakan, dan sasaran-sasaran strategis sebagaimana saya kemukakan tadi, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan yang terhormat, telah sepakat untuk menetapkan tema pembangunan nasional pada RKP Tahun 2011, yaitu: “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan, Didukung oleh Pemantapan Tatakelola dan Sinergi Pusat Daerah”.
Untuk
mendukung tercapainya sasaran-sasaran strategis sesuai dengan arah
kebijakan dan prioritas pembangunan pada RKP tahun 2011, Pemerintah
menyusun RAPBN tahun 2011 dengan postur sebagai berikut. Pendapatan
negara dan hibah direncanakan sebesar Rp1.086,4 triliun, atau naik Rp94
triliun (9,5 persen) dari target APBN-P 2010. Sementara itu, belanja
negara direncanakan sebesar Rp1.202 triliun, atau meningkat Rp76 triliun
(6,7 persen) dari pagu APBN-P 2010. Dengan demikian, RAPBN 2011 akan
mengalami defisit sebesar Rp115,7 triliun, atau 1,7 persen dari PDB.
Belanja
Kementerian dan Lembaga Pemerintah direncanakan sebesar Rp395,2
triliun. Belanja Lembaga-Lembaga Negara Non-Pemerintah direncanakan
sebesar Rp15,2 triliun. Sedangkan, transfer ke daerah direncanakan sebesar Rp378,4 triliun, meningkat 9,8 persen dari APBN-P 2010.
Sesuai dengan prioritas RKP tahun 2011, anggaran belanja pemerintah pusat dalam tahun 2011 kita arahkan untuk mencapai tujuh sasaran utama, yaitu; pertama ,
menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang
didukung oleh pembangunan infrastruktur, termasuk transportasi dan
energi; kedua , perlindungan sosial melalui BOS dan Jamkesmas; ketiga , pemberdayaan masyarakat antara lain melalui PNPM mandiri; keempat , pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi; kelima , perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan; keenam , penyediaan anggaran subsidi yang lebih tepat sasaran; dan ketujuh , pemenuhan kewajiban pembayaran utang tepat waktu.
Untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam tahun 2011
mendatang, kita tingkatkan intensitas pelaksanaan pembangunan yang
inklusif dan berkelanjutan, dengan lebih memperhatikan aspek lingkungan.
Selanjutnya, strategi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan itu, akan bertumpu pada empat pilar strategis. Keempat pilar itu adalah:
(a) meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas (pro-growth ); (b) menciptakan dan memperluas lapangan kerja (pro-job ); (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program-program jaring pengaman sosial yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro-poor ); dan (d) meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup (pro-environment ).
Dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, pada RAPBN 2011 alokasi anggaran untuk belanja modal, direncanakan mencapai Rp121,7 triliun
. Jumlah ini, naik Rp26,6 triliun atau 28 persen dari APBN-P 2010. Ini
adalah kenaikan tertinggi, jika dibandingkan dengan kenaikan pada
pos-pos belanja lainnya. Penekanan pada belanja modal dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas belanja negara kita. Anggaran belanja modal yang
meningkat ini akan kita arahkan untuk menunjang pengembangan serta
pembangunan sarana dan prasarana dasar atau infrastruktur. Kita ingin
membangun lebih banyak infrastruktur, seperti irigasi, transportasi,
perumahan, dan sumber daya air. Langkah ini, bersama-sama dengan
langkah-langkah untuk memperlancar penyerapan anggaran, kita harapkan
dapat mengatasi berbagai hambatan dan sumbatan yang memacetkan
pembangunan infrastruktur, dan dapat mengatasi banyaknya keterlambatan
dalam proses pembangunan infrastruktur.
Kita
juga terus memantapkan ketahanan pangan nasional, meningkatkan
ketahanan energi nasional, serta menjamin ketersediaan air baku dan
pengendalian banjir. Kita juga terus membangun jaringan keterhubungan
antarwilayah (domestic connectivity) termasuk pembangunan infrastruktur
di kawasan Timur Indonesia, daerah perbatasan, daerah terpencil, dan
pulau-pulau terluar. Kelancaran pergerakan manusia, arus barang dan
informasi ke seluruh wilayah nusantara sangat penting bagi daya saing
ekonomi kita, bagi pemerataan pembangunan dan bagi integrasi ekonomi
nasional.
Alokasi
anggaran, juga kita gulirkan untuk melanjutkan berbagai program jaring
pengaman sosial yang berpihak pada rakyat miskin (pro-poor). Pada RAPBN
tahun 2011, belanja bantuan sosial direncanakan mencapai Rp61,5
triliun. Disamping jumlah ini, Pemerintah mengambil kebijakan untuk
mengalihkan dana BOS pada Kementerian Pendidikan Nasional sebesar Rp16,8
triliun menjadi transfer ke daerah. Dengan demikian, jumlah belanja
bantuan sosial, termasuk yang dialihkan menjadi transfer ke daerah dalam
tahun 2011, seluruhnya mencapai Rp78,3 triliun.
Program
perlindungan sosial itu kita titikberatkan pada sektor pendidikan,
melalui kesinambungan program BOS; dan sektor kesehatan, melalui
program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Di bidang pendidikan,
berbagai program perlindungan sosial tersebut, kita harapkan dapat terus
meningkatkan kualitas, daya jangkau, dan daya tampung pendidikan kepada
seluruh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Di bidang kesehatan,
berbagai program perlindungan sosial itu kita arahkan untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat miskin,
termasuk pelayanan keluarga berencana.
Penolakan APBN
JAKARTA
- Badan Anggaran (Banggar) DPR akan memainkan kartu APBN untuk
meloloskan dana dapil (daerah pemilihan) Rp 15 miliar per anggota dewan.
Mereka mengisyaratkan pembahasan APBN 2011 akan menemui deadlock bila
pemerintah menolak usul tersebut.
Hal tersebut dikatakan ketua Banggar DPR, Harry Azhar Azis, saat dikonfirmasi mengenai penolakan Menko Perekonomian Hatta Radjasa terhadap usul dana dapil tersebut. Politikus Partai Golkar itu menganggap pernyataan Hatta tidak merepresentasikan sikap resmi pemerintah.
''Oh, itu saya anggap sebagai pernyataan sektoral saja. Kalau itu menjadi pernyataan resmi, berarti kita mengalami deadlock dalam pembahasan itu (APBN 2011, Red),'' kata Harry, tadi malam.
Dana dapil itu merupakan inisiatif Golkar. Dalam usulnya tersebut, setiap anggota DPR berhak mengusulkan proyek pembangunan di daerah konstituen masing-masing dengan nilai maksimal Rp 15 miliar. Sementara itu, pelaksana proyek tetap instansi terkait atau pemkot/pemkab. Secara teknis, dana tidak melewati anggota DPR.
Menurut Harry, Menkeu Agus Martowardojo tidak menolak untuk mengagendakannya dalam pembahasan APBN 2011. Dia menjelaskan, banggar sudah mendapat penjelasan resmi dari Menkeu bahwa usul dana dapil itu tetap akan dibahas.
''Apakah ada keputusan baru dari pemerintah, saya tidak tahu. Kalau statement di koran, silakan saja. Saya kan tidak berpegang pada keputusannya, bukan statement di koran. Saya berpegang pada keputusan resmi pemerintah dalam rapat resmi DPR. Rapat 1 Juni malam, Menkeu mengatakan siap membahas,'' bebernya.
Agus Martowardojo menyampaikan penolakannya dalam jawaban tertulis pemerintah atas pandangan umum fraksi-fraksi terkait dengan pembahasan awal APBN 2011 di sidang paripurna DPR pada 1 Juni lalu.
Selain menyebut kurang sejalan dengan prinsip otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, Menkeu menengarai adanya potensi pelanggaran terhadap berbagai peraturan perundangan.
Namun, Harry menyatakan, saat rapat malamnya dengan banggar, Menkeu telah mengklarifikasi penjelasannya itu. Menkeu, tegas dia, juga tidak bisa menjelaskan secara detail pasal dalam undang-undang yang dilanggar. ''Ketika saya tanya, kata beliau (Menkeu, Red), itu bukan pendapat final pemerintah,'' ujarnya.
Menkeu, imbuh Harry, akhirnya menyadari bahwa pemikiran DPR tersebut masih rasional. Karena itu, dia memastikan, usul tersebut akan tetap dibahas panja badan anggaran dalam skedul pembahasan pendahuluan APBN 2011 pada 8-13 Juni. Di sana, akan dibahas dasar hukum gagasan dana aspirasi dapil, mekanisme dan prosedur, pola implementasi, serta manfaat program tersebut.
''Yang jelas, ini (alokasi dana dapil, Red) menjadi masukan DPR,'' tegasnya.
Bila disepakati, Harry mengusulkan agar anggaran dana dapil itu masuk pos belanja pemerintah pusat, yakni melalui kementerian dan lembaga yang sesuai dengan sektor usulnya. ''Tapi, saya belum berani mengatakan (memastikan, Red) masuk mana,'' tambahnya. Sebab, jelas Harry, masih ada kemungkinan anggaran itu masuk pos belanja pemerintah daerah.
Benarkah dana dapil itu sudah disepakati Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi? ''Setgab hanya sepakat ini dibahas. Bentuknya itu nanti. Yang jelas, ini dibicarakan baik-baik,'' katanya. Dia sekaligus meluruskan pernyataan Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Setya Novanto sebelumnya yang menyebut bahwa seluruh fraksi di setgab telah menyetujui usul tersebut.
Hal tersebut dikatakan ketua Banggar DPR, Harry Azhar Azis, saat dikonfirmasi mengenai penolakan Menko Perekonomian Hatta Radjasa terhadap usul dana dapil tersebut. Politikus Partai Golkar itu menganggap pernyataan Hatta tidak merepresentasikan sikap resmi pemerintah.
''Oh, itu saya anggap sebagai pernyataan sektoral saja. Kalau itu menjadi pernyataan resmi, berarti kita mengalami deadlock dalam pembahasan itu (APBN 2011, Red),'' kata Harry, tadi malam.
Dana dapil itu merupakan inisiatif Golkar. Dalam usulnya tersebut, setiap anggota DPR berhak mengusulkan proyek pembangunan di daerah konstituen masing-masing dengan nilai maksimal Rp 15 miliar. Sementara itu, pelaksana proyek tetap instansi terkait atau pemkot/pemkab. Secara teknis, dana tidak melewati anggota DPR.
Menurut Harry, Menkeu Agus Martowardojo tidak menolak untuk mengagendakannya dalam pembahasan APBN 2011. Dia menjelaskan, banggar sudah mendapat penjelasan resmi dari Menkeu bahwa usul dana dapil itu tetap akan dibahas.
''Apakah ada keputusan baru dari pemerintah, saya tidak tahu. Kalau statement di koran, silakan saja. Saya kan tidak berpegang pada keputusannya, bukan statement di koran. Saya berpegang pada keputusan resmi pemerintah dalam rapat resmi DPR. Rapat 1 Juni malam, Menkeu mengatakan siap membahas,'' bebernya.
Agus Martowardojo menyampaikan penolakannya dalam jawaban tertulis pemerintah atas pandangan umum fraksi-fraksi terkait dengan pembahasan awal APBN 2011 di sidang paripurna DPR pada 1 Juni lalu.
Selain menyebut kurang sejalan dengan prinsip otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, Menkeu menengarai adanya potensi pelanggaran terhadap berbagai peraturan perundangan.
Namun, Harry menyatakan, saat rapat malamnya dengan banggar, Menkeu telah mengklarifikasi penjelasannya itu. Menkeu, tegas dia, juga tidak bisa menjelaskan secara detail pasal dalam undang-undang yang dilanggar. ''Ketika saya tanya, kata beliau (Menkeu, Red), itu bukan pendapat final pemerintah,'' ujarnya.
Menkeu, imbuh Harry, akhirnya menyadari bahwa pemikiran DPR tersebut masih rasional. Karena itu, dia memastikan, usul tersebut akan tetap dibahas panja badan anggaran dalam skedul pembahasan pendahuluan APBN 2011 pada 8-13 Juni. Di sana, akan dibahas dasar hukum gagasan dana aspirasi dapil, mekanisme dan prosedur, pola implementasi, serta manfaat program tersebut.
''Yang jelas, ini (alokasi dana dapil, Red) menjadi masukan DPR,'' tegasnya.
Bila disepakati, Harry mengusulkan agar anggaran dana dapil itu masuk pos belanja pemerintah pusat, yakni melalui kementerian dan lembaga yang sesuai dengan sektor usulnya. ''Tapi, saya belum berani mengatakan (memastikan, Red) masuk mana,'' tambahnya. Sebab, jelas Harry, masih ada kemungkinan anggaran itu masuk pos belanja pemerintah daerah.
Benarkah dana dapil itu sudah disepakati Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi? ''Setgab hanya sepakat ini dibahas. Bentuknya itu nanti. Yang jelas, ini dibicarakan baik-baik,'' katanya. Dia sekaligus meluruskan pernyataan Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Setya Novanto sebelumnya yang menyebut bahwa seluruh fraksi di setgab telah menyetujui usul tersebut.
Antisipasi REVISI APBN 2011
Jakarta
- Gara-gara harga minyak dunia melambung hingga US$100/barel, ada
baiknya pemerintah mengantisipasi revisi APBN 2011. Karena setiap
kenaikan harga minyak US$1 bisa mendongkrak anggaran subsidi energi
sebesar Rp 3,1 triliun. Sebelumnya APBN 2011 hanya mematok Indonesia
Crude Price (ICP) sebesar US$80/barel.
NERACA
"APBN
kita harus segera direvisi, kalau, tidak, maka akan tergerus," ujar
guru besar FE Usakti Prof. Dr. Sofyan S Harahap kepada Neraca dr
Jakarta, Kamis (3/2).
Sofyan
mengakui, yang memberatkan dalam APBN itu adalah subsidi untuk BBM
khususnya premium. Oleh karena itu agar APBN aman. Maka harga minyak di
dalam negeri minimal naik sebesar 25%. "Pemerintah harus mematok di
harga USS100 juta per barel di APBN. Kalau mau aman, yu naikkan harga
hingga *50%," terangnya.
Yang
jelas, menurut dia, langkah menaikkan harga BBM di dalam negeri
merupakan pengorbanan yang tidak bersifat populis. "Harga idealnya
premium bisa mencapai Rp6.750 dari semula Rp4.500 per liter," tegasnya.
Dia
memprediksi harga minyak dunia bisa menembus USS120 per barel.
Masalahnya krisis politik di Mesir belum usai. Meski Mesir bukan negara
penghasil minyak terbesar. Namun Terusan Suez menjadi tempat perlintasan
dunia, sekitar 2,4 juta barel minyak mentah, atau setara dengan yang
dihasilkan Irak Hal ini sangat mengganggu jalur distribusi perdagangan
internasional. Otomatis, harga minyak dunia pun naik hingga USS 103 per
barel.
Disinggung soal langkah
kebijakan lainnya, misalnya pemo-tongan gaji pejabat, berserta tunjangan
dan fasilitas lainya. Sofyan meragukan hal itu bisa menyelamatkan APBN.
"Saya kira tidak ada akan berpengaruh jika fasilitas para pejabat
negara dipotong untuk menutup bolong APBN. Ah, alasan saja itu. Nggak
ada itu," ucapnya.
Desakan yang
sama juga dalang dari ekonom LIPI Dr. Latif Adam yang meminta agar
pemerintah terus memonitor perkembangan harga minyak dunia. Masalahnya
hal ini bisa mempengaruhi sustainibilitas APBN. "Paling tidak, hal ini
dilakukan hingga akhir kuartal pertama atau April mendatang," ujarnya
secara terpisah kemarin.
Latif
menuturkan, perlunya langkah ini terutama, selain kare na tren harga
minyak yang menanjak dan kondisi riil Indonesia sebagai net importer
minyak mentah. Siklus kenaikan harga minyak memang terjadi pada beberapa
bulan pertama setiap tahun. Ini didorong negara Eropa dan Amerika yang
mengalami musim dingin sehingga membutuhkan lebih banyak energi,"
ungkapnya.
Disisi lain, lanjutnya,
faktor krisis Mesir dan negara Timur Tengah akan turut mendorong
fluktuasi harga, produksi dan distribusi minyak. "Selama periode hingga
April, kita bisa melihat perkembangan yang terjadi dan selanjutnya
pemerintah meng-ambil langkah," kata Latif yang juga menilai pergerakan
kurs dollar juga turut mempengaruhi kalkulasi APBN.
Merespon
naik turunnya harga minyak, lanjut Latif, sebenarnya pemerintah berhak
mengambil langkah penyesuaian. Misalnya jika harga minyak naik hingga
10% dari asumsi APBN, pemerintah merubah asumsi harga minyak pada APBN
dan menaikkan harga BBM di tingkat masyarakat. "Hanya saja, ini juga
menjadi komoditas politik. Tinggal bagaimana komunikasi antara
pemerintah dan DPR," ujarnya.
Dia
juga menekankan, pemberlakuan jam malam oleh Pemerintah Mesir telah
mempengaruhi lalu lintas barang termasuk minyak di Terusan Suez. Dari
sisi distribusi, ini mengganggu pasokan dari sumber minyak di kawasan
Arab, Teluk dan Afrika ke Ero--pa serta Amerika Serikat
Pengamat
perminyakan Pri Agung Kakhmanin jii.i meminta agar pemerintah merevisi
ICP dalam APBN, yakni berkisar USS90/barel-US$95/barel. Alasannya harga
minyak dunia terus naik hi ngga kuartal 1/2011. "Idealnya ICP berada di
kisaran US$90-/barel-USS95/barel. Tapi sebaiknya Perkembangan terus
dipantau, jika baik, harga turun. Sebaliknya, jika situasi makin buruk,
harga makin naik," katanya.
Direktur
Eksekutif ReforMiner Institute itu lebih menyetujui menaikkan harga
minyak di dalam negeri guna menyelamatkan APBN ketimbang memotong
anggaran pejabat negara. "Pemerintah nggak akan mau memotong gaji,
tunjangan ataupun fasilitas pejabat. Lagian, hal itu tidak ada
pengaruhnya. Kalau APBN mau sustainable, cukup BBM dalam negeri
dinaikkan Rp500/liter," te-rangnya.
Perlu
diingat, kata Agung, agar pengambangan dan perbaikan infrasturktur di
dalam negeri tidak mandeg, alias stagnan memang sebaiknya menaikkan BBM
hingga harga ideal mencapai Rp6000/liter. Masalahnya kenaikkan harga
minyak dunia, ave-rage-nya berada diantara US$95-US$100 per barel. Kalau
ingin pengembangan infrastruktur, naikkan saja di angka Rp 1.500 sudah
cukup. ladi harga premium Rp6.000 per liternya," tuturnya.
Sebagai
informasi berdasarperdagangan Nymex untuk kontrak Maret, minyak cair
naik 2,37 sen ke US$2,78 per galon, bensin turun 2,09 sen ke US$2,49 per
galon, serta gas alam naik 8,2 sen ke US$4,42 per 1.000 kaki kubik. Dan
harga minyak untuk kontrak Maret naik 66 sen ke US$91,51 per barel.
Pada perdagangan Asia , harga minyak jenis Brent North Sea pengiriman
Maret melonjak 88 sen ke posisi US$ 103,22 per barel. Adapun minyak
jenis light sweet pengiriman Maret naik 65 sen menjadi US$91,51 per
barel.
sumber : google
sumber : google