Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus
Martowardojo berpendapat bahwa pelemahan nilai tukar rupiah pada akhir-akhir ini dipicu oleh situasi perekonomian global yang masih dilanda ketidakpastian akibat krisis di Eropa.
"Pelemahan rupiah saya amati memang terjadi dan itu mayoritas karena perkembangan dunia," ujarnya di Jakarta, Senin.
Menkeu mengatakan kondisi di Eropa memang sedikit mengkhawatirkan karena banyak modal yang mulai beralih ke Amerika Serikat dan hal ini menyebabkan mata uang di kawasan mulai melemah dibandingkan dolar AS.
"Kita lihat bahwa ada kondisi uang investor mengalir ke daerah yang lebih berkualitas dan kebetulan pilihannya adalah ke Amerika, dan ini berdampak pada hampir semua mata uang di regional itu melemah dibanding dolar AS," ujarnya.
Melihat situasi tersebut, pemerintah terus berupaya menjaga kesehatan fiskal secara berkesinambungan dan tidak akan mengubah sistem devisa yang berlaku saat ini dengan tetap melaksanakan UU tentang lalu lintas devisa serta sistem nilai tukar, di mana setiap penduduk dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa.
"Satu hal yang saya ingin tegaskan kalau terjadi ada depresiasi rupiah karena pengaruh dunia dan lain-lain, pemerintah tetap akan menjaga sistem devisa kita, devisa bebas," ujarnya.
Selain itu, Menkeu mengatakan pemerintah juga akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan birokrasi dan menyediakan iklim investasi yang lebih baik serta mendorong pembangunan infrastruktur untuk menjaga modal tetap bertahan di Indonesia.
"Itu nanti akan membuat kembali confidence bahwa terlepas ada ajakan untuk terbang ke negara yang dianggap lebih safe dalam hal ini Amerika Serikat, investasi di Indonesia senantiasa baik," katanya.
Menkeu mengatakan anggaran negara saat ini juga tidak berada dalam tekanan karena harga minyak dunia sedang turun dan kondisi ini juga membantu pemerintah dalam menjaga keberlangsungan ekonomi nasional.
"Harga minyak terlihat di WTI dan Brent semuanya menunjukkan angka yang lebih merendah, kemudian ICP juga lebih rendah. Kondisi harga minyak yang lebih rendah ini tentu akan membuat tekanan pada APBN yang lebih rendah," ujarnya.
Dalam upaya menjaga kesehatan fiskal dan antisipasi krisis, pemerintah juga telah menyiapkan dana pinjaman siaga senilai 5 miliar dolar AS yang berasal dari donor lembaga multilateral dan dapat menjadi cadangan risiko apabila defisit anggaran meningkat dari yang ditetapkan sebesar 2,23 persen.
"Kalau seandainya kita sekarang sudah memiliki contingency loan yang saya katakan tadi paling tidak akan mencapai jumlah lima miliar dolar AS, itu hanya untuk kehati-hatian. Dan kalau pengalaman di tahun 2009 kita tidak gunakan," ujar Menkeu.
(S034)
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2012