Sabtu, 23 Juni 2012

,

Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Diproyeksikan Melambat

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. FOTO: ANTARA
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. FOTO: ANTARA
Tahun ini pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut diproyeksikan menurun menjadi 7,6 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar 8,2 persen

Kawasan Asia Timur dan Pasifik dinilai perlu mengurangi ketergantungannya terhadap ekspor dan mulai mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru guna mengantisipasi merosotnya laju pertumbuhan ekonomi dunia.

Tahun ini pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut diproyeksikan menurun menjadi 7,6 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar 8,2 persen.

Berdasarkan laporan Bank Dunia berjudul "Capturing New Sources of Growth", kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh sebesar 8,2 persen pada tahun 2011 (4,3 persen jika tanpa Tiongkok). Angka tersebut turun drastis dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 yang hampir mencapai 10 persen (7 persen jika tanpa Tiongkok).

Kendati demikian, kinerja kawasan ini masih tergolong luar biasa pada skala global karena mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi sekitar 2 persen dibandingkan negara-negara berkembang di kawasan lain.

"Jumlah orang yang hidup dibawah US$2 per hari diperkirakan akan turun sebanyak 24 juta di tahun 2012. Secara keseluruhan, jumlah orang miskin di Asia Tumur dan Pasifik telah berkurang dalam satu dekade terakhir," ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Pamela Cox dalam Video Conference di Tokyo, hari ini.

Kendati demikian, menurut Pamela, saat ini, sekitar sepertiga penduduk kawasan tersebut masih hidup dalam garis kemiskinan. Untuk itu, dalam situasi global yang penuh ketidakpastiaan, upaya-upaya untuk menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru harus lebih ditingkatkan.

Menurut dia, melambatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan ini pada 2011 sebagian besar dikarenakan lemahnya pertumbuhan ekspor manufaktur serta gangguan pada rantai pasokan akibat bencana alam di Jepang dan Thailand.

Meskipun demikian, permintaan dan investasi domestik masih tetap kuat karena longgarnya kebijakan moneter di beberapa negara.Sementara untuk 2012, menurut dia, pertumbuhan diproyeksikan akan melemah menjadi 7,6 persen. Bahkan, menurut dia, melambatnya ekspansi di Tiongkok diperkirakan akan berpengaruh pada pertumbuhan agregat seluruh kawasan.

"Jika perekonomian Tiongkok melambat lebih cepat dari yang diperkirakan, hal ini dapat menjatuhkan harga komoditas dan membahayakan para eksportir komoditas. Tanpa memperhitungkan Tiongkok pertumbuhan diproyeksikan akan mencapai 5,2 persen seiring dengan pulihnya tingkat produksi di Thailand," tutur dia.

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Bert Hofman menuturkan sebagian besar negara Asia Timur berada dalam posisi cukup kuat untuk menghadapi volatilitas baru. Permintaan domestik yang cukup besar pada negara-negara di kawasan tersebut, menurut dia, terbukti tahan banting terhadap goncangan ekonomi global.

Bahkan, menurut dia, banyak negara yang memiliki rekening surplus dan cadangan devisa yang cukup tinggi, serta sistem perbankan yang memiliki modal yang cukup."Walau demikian, krisis Eropa berpotensi mempengaruhi kawasan secara negatif, terutama melalui mata rantai perdagangan dan jaringan keuangan. Lebih dari 40 persen ekspor kawasan ditujukan ke Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Sepertiga pendanaan proyek dan perdagangan di Asia juga berasal dari bank-bank Eropa," ungkap dia.

Dia mengungkapkan seiring dengan menurunnya tingkat permintaan dari luar kawasan, negara-negara Asia Timur dan Pasifik harus mulai mengurangi ketergantungannya pada ekspor dan lebih mengandalkan permintaan domestik untuk mempertahankan laju pertumbuhan.

Banyak negara yang sudah bergerak ke arah ini, tetapi masih perlu penyeimbang lebih jauh. Sementara itu, Ekonom Bank Dunia Bryce Quillin  mengungkapkan beberapa negara di Asia Timur dan Pasifik masih perlu  menstimulasi konsumsi rumah tangga.

Sementara di negara-negara lainnya, investasi infrastruktur yang lebih besar bisa mempertahankan laju pertumbuhan ekonominya, selama ini tidak memperburuk tekanan permintaan domestik. "Dengan berubahny sektor keuangan pa sca krisis finansial, cara-cara baru untuk mendanai investasi infrastruktur perlu  dikembangkan. Pemerintah-pemerintah perlu fokus pada percepatan  persiapan proyek-proyek infrastruktur," terang dia.

Untuk jangka menengah, menurut dia, investasi akan meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan lewat kegiatan-kegiatan bernilai tambah. Sebenarnyam menurut dia, produktivitas tenaga kerja di kawasan, mengalami peningkatan cukup signifikan sejak krisis tahun 1997-1998, tetap masih banyak ruang untuk melakukan sejumlah perbaikan. Kebijakan migrasi regional yang lebih baik dapat mendorong integrasi ekonomi kawasan dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di negara-negara yang memiliki angkatan kerja yang menurun.
SUMBER :www.beritasatu.com

0 comments to “ ”

Posting Komentar

 

Inspirasi Pengusaha Muda Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Junnaedy Muis